Blogger

Jumat, 16 Desember 2011

Refleksi kelompok 5 & 6

Hasil Refleksi Kelompok 5
Faktor Edafik (Tanah)
Pada presentasi kali ini disajikan oleh kelompok 5 yang terdiri dari Neni, Susan Aminah, Ayun, dan Ilham. Bahasan dan cara penyajian dari kelompok ini cukup menarik, lebih baik dari kelompok yang presentasi minggu lalu. Tampilan power point sudah bagus yang disertai gambar-gambar yang relevan dengan materi yang dibahas.
Pada diskusi presentasi ini muncul pertanyaan dari Dimas tentang kandungan tanah pada profil horizon O,A,E,B,C dan R. pada presentasi telah dijelaskan kandungan pada masing-masing horizon itu berbeda-beda. Pada horizon A tanah mengandung banyak humus, horizon E mengandung silikat, besi, alumunium, Horizon B mengandung besi, horizon C terdiri dari sedimen batu-batuan, dan yang terakhir adalah horizon R yang tidak mengandung mineral hanya bebatuan keras.
Pertanyaan berikutnya dari Indri: Mengapa semakin ke bawah lapisan tanah semakin sedikit organismenya?. yang kemudian di jawab oleh pemateri yaitu karena unsure mineral tanah semakin sedikit untuk kelangsungan hidup organism. Akar tumbuhan hanya bisa menembus terbatas pada horizon E.
Kemudian muncul lagi pertanyaan dari Hatta, sampai horizon berapa air dapat menembus? Dijawab oleh neni yaitu sampai pada horizon B. Merasa kurang puas dengan jawaban dari pemateri, Hendy unjuk tangan untuk menaggapi jawaban neni. Menurut hendy air dapat menembus tanah dipengaruhi oleh struktur tanahnya juga. Ada lapisan tanah yang kedap air yaitu pada horizon C dan R yang terdiri dari batu-batuan sehingga air tidak dapat menembus.
Dari presentasi ini saya bisa menambah pengetahuan tentang struktur tanah dan kandungan-kandungan yang ada pada tanah. Selain itu tanah merupakan unsure penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan.

Hasil Refleksi Kelompok 6
Populasi
Materi ini disampaikan oleh kelompok 6 yang terdiri dari Siti, Berlian, Fitri dan Risa. Sebagai pembuka dijelaskan oleh Siti tentang konsep spesies taksonomi dan ekologi. Saya kurang memahami penjelasan dari Siti karena hanya terpaku pada power point saja. Sehingga tidak ada pengembangan materi selain yang dibaca pada power point tersebut. Padahal masih banyak kajian-kajian yang bisa dijelaskan, tidak terbatas pada definisinya saja.
Penampilan keseluruhan dari kelompok ini sudah bagus, tetapi perlu diperhatikan untuk pemateri dalam presentasi agar tidak hanya membaca power pointnya saja. Penjelasan grafik oleh fitri sudah sesuai. Yaitu grafik eksponensial yang membentuk huruf J dan grafik sigmoid yang membentuk grafik S.
Pada sesi Tanya jawab saya (dista) mengajukan pertanyaan tentang grafik yang dijelaskan oleh fitri. Factor apa yang menyebabkan terjadinya grafik membentuk huruf J dan huruf S? pertanyaan dijawab oleh fitri : pada grafik eksponensial dipengaruhi oleh kelahiran tumbuhan yang terus meningkat sampai adanya factor pembatas yang menyebabkan kematian tumbuhan. Sehingga grafik membentuk huruf J yang artinya pertumbuhan terus meningkat. Sedangkan pada grafik sigmoid: pertama terjadi pertumbuhan tumbuhan yang lambat yang dipengaruhi oleh lingkungan yaitu persaingan individu. Kedua jika kondisi lingkngan mendukung maka terjadi petumbuhan lagi dengan natalitas tertentu sampai pada bertemu lagi kondisi lingungan yang tidak mendukung dan terjadi kematian (mortalitas) tumbuhan. Pertumbuhan yang naik turun ini menyebabkan terjadi grafik yang membentuh huruf S.

Prediksi : untuk presentasi kelompok berikutnya diharapkan agar tampil untuk lebih baik lagi.

Minggu, 11 Desember 2011

Refleksi Ekologi Tumbuhan

Refleksi Kelompok 3
(PENGARUH CAHAYA DAN SUHU TERHADAP PROSES PERTUMBUHAN TANAMAN(LINGKUNGAN ABIOTIK)
Kelompok yang presentasi hari ini dimulai dari kelompok 3 yang membahas tentang Lingkungan Abiotik Dan Biotik. Sebenarnya sudah sering dibahas tentang lingkungan biotic dan abiotik, tapi dalam presentasi ini kelompok 3 yang terdiri atas priska,eka rahma dan veni mengaji lebih dalam tentang lingkungan biotik dan abiotik.
Pada presentasi ini diawali oleh veni yang menjelaskan tentang cahaya, fotoperiodisme, fototropisme,dll. Akan tetapi menurut saya, penjelasan veni hanya terpaku pada power point saja belum ada pengembangan dengan bahasa sendiri. Sehingga cakupan bahasannya kurang luas. Seharusnya tidak hanya membaca power point tetapi menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga mudah dipahami oleh audiens.
Penyampaian isi power point sudah cukup bagus, akan tetapi diharapkan bahwa pemateri agar lebih menguasai tentang materinya sehingga tidak terjadi kesalahan konsep atau kesalahan pengucapan yang mengakibatkan kesalahan arti.
Refleksi Kelompok 4
(ATMOSFER dan AIR)
            Pada kelomok 4 ini terjadi diskusi yang cukup menarik. Prensentasi yang disajikan oleh kelompok 4 ini mendapat beberapa pertanyaan dari audiens. Misalnya saja pertanyaan saudara tety tentang bagaimana pengaruh kebocoran dari lapisan atmosfer terhadap tumbuhan?. Disini sempat terjadi miskonsepsi antara pemateri dengan tety. Saudari tety menyebutkan lapisan atmosfer. Pemateri bingung dengan pertayaan yang dilontarkan saudari tety. Seperti yang kita tahu bahwa atmosfer terdiri dari beberapa lapisan, salah satunya adalah lapisan ozon yang dapat melindungi bumi dari sina UV langsung. Mungkin yang dimaksud atmosfer oleh saduari tety adalah lapisan ozon.
            Menanggapi pertanyaan saudari tety tentang pengaruh kebocroran ozon bagi tumbuhan, bahwa fungsi utama lapisan ozon adalah menyerap radiasi UV matahari yang berbahaya. Pada tumbuhan, menipisnya lapisan ozon akan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang selanjutnya menyebabkan turunnya laju pertumbuhan daun dan batang serta penurunan berat kering total sehingga hasilnya akan berkurang.

Prediksi : untuk kelompok yang akan presentasi minggu depan, yaitu kelompok 5 & 6 yang akan membahas tentang Faktor edafik (tanah) Faktor edafik (tanah), Topografi, Faktor lingkungan biotik dan interaksinya,. Dan materi yang akan disampaikan oleh kelompok 6 yaitu tentang POPULASI. Diharapkan kelompok 5&6 akan tampil lebih baik lagi dari kelompok sebelumnya.


Hasil Refl

Senin, 05 Desember 2011

KAJIAN ETNOFITOMEDIKA SUKU DAYAK KABURAI SEBAGAI UPAYA KONSERVASI DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KALIMANTAN BARAT DAN TENGAH

Arga Pandiwijaya, Junef Murti Susantyo, Gita Oktarina Eka Putri, Anindya Gitta
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Institut Pertanian Bogor

Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat kaya akan sumberdaya alamnya baik secara kualitas maupun kuantitas. Keadaan tersebut secara umum berkaitan dengan kehidupan manusia, karena sebagian besar kebutuhan hidup manusia berasal dari tumbuhan yang ada di sekitarnya. Semakin melimpah jenis tumbuhan yang ada maka kebutuhan masyarakat akan semakin mudah tercukupi, salah satunya ialah etnofitomedika. Etnofitomedika merupakan interaksi antara manusia dengan tumbuhan obat. Kelimpahan tumbuhan obat akan bermanfat secara maksimal jika diolah berdasarkan kearifan lokal karena kearifan lokal dapat mengelola sumberdaya secara seimbang.
Indonesia memiliki sekitar 370 Suku asli yang hidup dengan kearifan lokalnya di dalam dan di sekitar hutan. Mereka memiliki pengetahuan yang sangat kaya dalam pemanfaatan tanaman obat untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Salah satunya adalah Suku Dayak Kaburai yang tinggal di dalam Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Pengetahuan ini merupakan salah satu aset nasional yang harus dijaga dan dikembangkan dengan melibatkan masyarakat sekitar. Hal ini akan membuat mereka merasa memiliki hutan di taman nasional tersebut yang pada akhirnya akan membuat mereka melakukan kegiatan pemeliharaan atau upaya konservasi.
Upaya konservasi sangat diperlukan agar keberadaan hutan tetap terjaga, sehingga hutan dapat menjalankan fungsinya dengan lebih maksimal. Namun sering kali kegiatan konservasi tidak berjalan lancar karena masyarakat yang diharapkan dapat ikut melaksanakan kegiatan konservasi justru menjadi penyebab utama kerusakan hutan. Hal ini disebabkan karena masyarakat Suku Dayak Kaburai tidak merasakan manfaat yang dapat diperoleh dari keberadaan hutan sehingga mereka tidak merasa memiliki hutan tersebut. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya konservasi dengan melibatkan penduduk sekitar untuk menumbuhkan rasa peduli masyarakat terhadap hutan..

Pemanfaatan jenis tumbuhan obat oleh Suku Dayak Kaburai, Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dapat dilihat dalam Tabel 1.










Tabel I. Jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat-obatan.
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Habitus
Kegunaan
Status
Simplisia yang digunakan
Ditanam
Liar
1
Akar ampung

Pohon
Obat sakit kuning dengan cara direbus dan obat luka dengan cara daun ditumbuk dan ditempel pada luka.


Akar dan daun
2
Akar ilalang
Imperata cyllindrika
Herba
Obat luka.


Bunga muda
3
Akar kuning dan akar kalabibit

Semak
Obat asma dengan cara dicincang dan diminum airnya.


Akar
4
Akar lame
Alstonia scholaris
Pohon
Obat disentri, maag, dan sakit perit dengan cara akar direbus dan diminum, boleh diminum langsung.


Akar
5
Akar mahung (beleketebe)

Pohon
Obat syaraf dengan cara direbus.


Akar dan daun
6
Akar rigu ripuk

Pohon
Penawar bias ular dengan cara ditumbuk dan dioles-oleskan.


Akar
7
Akar-akar kayu

Pohon
Obat patah tulang dengan cara ditumbuk dan dioles-oleskan.


Akar
8
Asam belimbing

Pohon
Obat gatal-gatal akibat digigit nyamuk dengan cara digosok dan diminum air asam.


Akar
9
Asam limau

Pohon
Obat ketombe dengan cara dipotong-potong, digosok, dan dibiarkan 45 menit.


Akar
10
Batang kulit asam ampelam

Semak
Obat sakit gigi dengan cara direbus lalu dikumur-kumur.


Kayu
11
Caranggah

Pohon
Obat luka ringan dengan cara ditempel dan diikat lalu digosok-gosok.


Kayu
12
Daun gelinggang

Pohon
Obat kurap dan panu. Digunakan dengan cara ditumbuk dan dicampur minyak tanah, dibasahi kemudian digosok.

Daun
13
Daun kabli

-
Penawar bias ular, dengan cara ditumbuk lalu ditempelkan.

Daun
14
Daun kabu-kabu

-
Obat sakit kepala, dengan cara ditumbuk dan dioleskan pada bagian kepala yang sakit.

Daun
15
Gelagat (jambu hutan)

Pohon
Obat batuk dengan cara diremas.

Daun
16
Jahe hutan
Zingiber sp.
Herba
Obat sakit perut, obat lumpuh dan sebagai rasa dengan cara ditumbuk/digosok/ langsung dimakan.

Rimpang
17
Jawer kotok

Herba
Obat muntah darah.

Daun
18
Jelumpag

Herba
Obat sakit pinggang dengan cara diparut dan dibalurkan ke pinggang.

Daun
19
Jerangan

Pohon
Obat sakit perut, masuk angin dengan cara direbus dan diminum.

Kayu
20
Jerangau

Herba
Obat masuk angina, kolera dan muntaber dengan cara dimakan langsung.

Daun
21
Karamamuk (sembung/mambung)

-
Penurun demam, malaria tropika dan untuk mengencangkan perut ibu-ibu setelah melahirkan. Caranya terlebih dahulu direbus, setelah mendidih, orang yang sait dibungkus menggunakan tikar/selimut, lalu obat diaduk sampai menguap dan dihirup sehingga panas tubuh diserap selama 10 jam sampai mengeluarkan keringat.

Daun
22
Kayu iru

Pohon
Obat jika terkena bisa ular dengan cara ditawar dan diminum.

Akar dan Batang
23
Kayu kemau (Ki papatong)

Pohon
Untuk kebugaran pria dengan cara direbus

Akar
24
Kayu masam

Pohon
Obat pilek dengan cara direbus dan dirajang lalu diminum.

Kayu
25
Kayu sambelum

Pohon
Obat sakit kepala dan mengeluarkan panas tubuh denagn cara ditumbuk dan dioleskan pada kepala yang sakit. Digunakan juga sebagai penawar bisa ular, caranya ditumbuk lalu ditempelkan pada bekas gigitan.

Kayu
26
Kelapa
Cocos nucifera
Pohon
Obat penyakit ayan.

Buah
27
Kemunting (harendong gede)

Semak
Obat sakit perut.

Ranting muda
28
Kesupang  dan klepo

-
Obat untuk ibu-ibu yang baru melahirkan supaya rahim kembali kuat dengan cara direbus dan diminum.


Daun
29
Ketelek

-
Obat luka dengan cara dicincang dan ditempelkan sampai kering.


Daun
30
Kias

-
Obat memar dengan cara dicincang.

Kayu
31
Kumis kucing
Ortosiphon aristatua Miq.
Herba
Obat kencing manis, obat demam pada anak-anak dan bayi.


Akar
32
Kunyit

Herba
Obat masuk angin dengan cara diparut dan dibalurkan ke perut.


Umbi
33
Limau ngambun (sarang semut)

Herba
Obat berbagai macam penyakit dengan cara dikeringkan dahulu lalu direbus dan diminim.

Akar/sarang
34
Mabang

Semak
Obat demam, batuk dan sakit kepala dengan cara ditumbuk dan diperas kemudian diminum airnya.

Daun
35
Pakis

Semak
Obat bisul, penghilang  jerawat dan membersihkan bekas jerawat dengan cara ditumbuk lalu digosok pada saat mandi.

Daun
36
Pakis hati

Semak
Obat penyakit jantung, jerawat, bisul dengan cara ditumbuk dan ditempelkan.

Daun
37
Pengalip bukut

-
Setelah ibu melahirkan diberi minum kayu-kayu yang mengandung zat kelapa untuk membersihkan darah dengan cara daun dibuang dan batang direbus.

Batang
38
Pepaya
Carica papaya
Perdu
Obat sakit gigi dengan cara dimakan langsung.

Buah dan daun
39
Pinang tua

Pohon
Obat sakit kepala dengan cara ditumbuk dan dioleskan pada bagian kepala yang sakit.

Buah
40
Pucuk pepaya

Perdu
Obat demam dengan cara direbus dan diminum.

Pucuk
41
Rajah/klimah

Semak
Penawar bisa ular dengan cara ditumbuk lalu ditempelkan.

Daun
42
Rigu ripik

Semak
Obat sakit kepala dengan cara direbus dan diminum.

Akar/semak
43
Rumput belanda

Herba
Menghentikan pendarahan dengan cara ditumbuk lalu ditempelkan.

Daun
44
Rumput jepang (sisig)

Herba
Obat batuk dengan cara ditumbuk dan dimakan.

Daun
45
Rumput ngaminan (meniran)
Philiantus nyruri
Tumbuhan bawah
Obat demam dan sakit urat.

Daun
46
Romput prada (bandotan)
Ageratum conizoides
Herba
Obat demam

Daun, Batang, dan akar
47
Sengkuang

-
Obat sakit perut dengan cara direbus dan diminum airnya (kulit ari dibuang).

Daun
48
Sepang

Herba
Obat sakit maag dengan cara ditumbuk dan dimakan.

Daun
49
Serai

-
Obat keseleo atau terkilir dengan cara dihangatkan lalu ditempel.

Batang
50
Sirih
Piper nigrum
Tumbuhan bawah
Obat sakiy gigi, penghilang kuman-kuman dan kotoran gigi. Digunakan dengan cara dikunyah pada bagian gigi yang sakit.

Daun
51
Tabat barito
Ficus deltoid
Herba
Obat maag dengan cara diminum.

Akar
52
Tapang lalat (monyenyen)

Semak
Mengobati gatal kulit karena sengatan bulu ulat.

Daun
53
Ubi

Tumbuhan bawah
Obat keseleo atau terkilir dengan cara dihangatkan lalu ditempel.

Daun
54
Kunyit

Tumbuhan bawah
Obat keseleo atau terkilir dengan cara dihangatkan lalu ditempel.

Daun
55
Ulin, seluang, belong, akar kuring, belaban dan kecapuh

Pohon
Penguat stamina.

Akar
56
Ura dan gadung
Dioscorea sp
Semak
Obat gatal-gatal dengan cara ditumbuk dan diambil sarinya.

Buah


Macam-macam simplisia tumbuhan obat yang biasa dimanfaatkan oleh Suku Dayak Kaburai adalah

                  
Gambar 1: Macam Simplisa Tumbuhan obat

Tumbuhan yang diambil oleh Suku Dayak Kaburai paling banyak digunakan sebagai bahan obat-obatan. Hasil penelitian di lokasi yang bersangkutan diperoleh jumlah jenis tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan obat sebanyak 56 spesies. Masing-masing  jenis tersebut diperoleh dari hutan maupun budidaya Suku Dayak Kaburai sendiri. Banyaknya tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan obat menggambarkan bahwa masyarakat setempat sangat tergantung terhadap keberadaan hutan, hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa 90% penduduk sekitar menggunakan tanaman obat. Beberapa faktor yang menyebabkan ketergantungan itu antara lain terbatasnya jumlah sarana pelayanan kesehatan dan jauhnya akses ke kota sehingga pengobatan yang sangat banyak dilakukan oleh masyarakat yaitu secara tradisional. Contohnya untuk penyakit asma masyarakat dayak tidak menggunakan obat-obatan modern tapi mereka menggunakan akar kuning dan akar kalabibit dengan cara dicincang kemudian direbus dan diminum airnya. Pengetahuan tradisional tersebut biasanya banyak diketahui oleh kepala desa atau orang yang lebih dituakan oleh masyarakat setempat atau bahkan dukun. Menurut Sosrokusumo (1989) bahwa pengobatan tradisional adalah semua upaya pengobatan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran berdasarkan pengetahuan yag berakar pada tradisi tertentu baik baik dari Indonesia maupun di luar Indonesia.
Pada masyarakat tradisional dayak kaburai, bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian daun. Daun-daunan ini digunakan untuk penyakit yang ringan seperti panu sampai penyakit yang cukup parah seperti malaria dan penyakit jantung. Ketergantungan terhadap tumbuhan secara tidak langsung sudah menumbuhkan rasa memiliki di dalam diri Suku Dayak Kaburai. Hal ini menyebabkan Suku Dayak Kaburai sangat menjaga keberadaan hutan. Tidak jarang pula mereka berkeliling untuk memantau keadaan hutan dan memastikan hutan mereka tidak rusak. Untuk menjaga kelestarian tumbuhan obat yang mereka manfaatkan, mereka melakukan upaya penanaman kembali. Selain itu mereka tidak pernah menebang atau mengambil tumbuhan melebihi jumlah yang seharusnya. Di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya terdapat kawasan hutan yang tidak boleh dibuka karena kepercayaan setempat. Mitos bahwa beberapa jenis tumbuhan tidak boleh ditebang juga masih dipercaya di kawasan tersebut. Upaya konservasi yang dilakukan oleh masyarakt sekitar meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan, dan pemanfaatan secara lestari. Dengan banyaknya keuntungan yang diperoleh Suku Dayak Kaburai maka upaya konservasi berjalan dengan alami dan terus menerus.

KESIMPULAN
Terdapat 56 jenis tumbuhan obat yang dimafaatkan masyarakat Suku Dayak Kaburai sebagai obat tradisional. 90% masyarakat sekitar sangat tergantung pada keberadaan hutan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Pemanfaatan terbesar adalah untuk dijadikan bahan obat-obatan. Masyarakat dayak kaburai melakukan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian tumbuhan obat agar tetap dapat dimanfaatkan untuk generasi berikutnya. Upaya konservasi yang dilakukan oleh masyarakt sekitar meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan, dan pemanfaatan secara lestari. Dengan adanya upaya konservasi yang dilakukan masyarakat dayak kaburai maka keseimbangan ekosistem di dalam Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya akan terus terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Irwan. Z. D.1997. Hutan hujan Tropis. di dalam Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Jakarta : Sinar Grafika Offset.
Sosrokusumo, P. 1989. Lokakarya Tentang Peneitian Praktek Pengobatan Tradisional. Pelayanan Pengobatan Tradisional di Bidang Kesehatan Jiwa. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Bogor.
Zuhud, E. A. M. 1991. Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat dari Hutan Tropis Indonesia (Prosiding). Bogor.