Blogger

Minggu, 27 November 2011

Analisis Vegetasi

METODE ANALISIS VEGETASI
(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan)


Disusun Oleh :
Kelompok 8 / BIOLOGI 3B
                                     Dista Ariyani             0830090
                                     Rita Kurniati                     2010100703110
                                     Hattahin                             201010070311081
                                     Nurlaila                              201010070311085


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat tiada habisnya kepada umatnya terutama pada kami tim penyusun sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah untuk mata kuliah Ekologi Tumbuhan. Shalawat serta salam tetap kami curahkan junjungan nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni ajaran agama islam.
Selanjutnya ucapan terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada bapak Husamah, S.Pd. yang telah membimbing kami pada mata kuliah Ekologi Tumbuhan dan kepada seluruh anggota kelompok atas kerja samanya yang kompak dalam menyelesaikan tugas ini serta kepada pihak – pihak lain yang memberi dukungan demi terselesaikanya makalah ini.
Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, tidak ada kata yang dapat kami ucapkan selain kata maaf yang sebesar – besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi dari penulisan makalah ini. Kami sangat membutuhkan kritik dan saran para pembaca yang bersifat membangun demi penulisan makalah selanjutnya. Besar harapan kami semoga apa yang kami sajikan dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi seluruh pihak yang membaca. Dan semoga Allah senantiasa memberi hidayah kepada setiap hambanya yang mau selalu berusaha dan belajar.
Malang, 31 Oktober 2011
Tim Penyusun






BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam lansekap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam lansekep yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Ilmu vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad yang lalu. Mula-mula kegiatan utama yang dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari tentang alam dan vegetasinya. Dalam abad ke XX usaha-usaha diarahkan untuk menyederhanakan eskripsi dari vegetasi dengan tujuan untuk untuk meningkatkan keakuratan dan untuk mendapatkan standart dasar dalam evaluasi secara kuantitaif. Berbagai metode analisis vegetasi dikembangkan, dengan penjabaran data secara detail melalui cara coding dan tabulasi. Berbagai metode yang digemari dan banyak diterima oleh banyak pakar adalah dari Raun kiaer (1913, 1918), Clements (1905, 1916), Du Rietz (1921, 1930), Braun (1915), dan Braun Bienquet (1928). Deskripsi umum dari vegetasi dan komunitas tumbuhan melalui bentuk hidup dan species dominan adalah tekanan pada zaman yang telah lalu.
Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama dalam suatu terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponenya. Maupun oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fungsional. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga akan membantu dan mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma, 1997).
Berdasarkan model geometrik yang dihasilkan dari hasil analisis, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa titik yang saling berdekatan merupakan unit-unit sampling yang mempunyai pola kesamaan dalam komunitas, sedangkan titik-titik yang saling berjauhan adalah unit-unit sampling yang mempunyai perbedaan komunitas. Berdasarkan perbedaan tersebut hasil analisis ordinasi dapat dilanjutkan dengan mengkorelasikan pola komunitas pada unit-unit sampling dengan faktor lingkungan dari unit-unit sampling tersebut, sehingga dapat diketahui penyebab perbedaan pola komunitas di antara unit-unit sampling tersebut .
Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.



b. Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi?
b.      Apa yang dimaksud dengan metode destruktif, non destruktif, floristik dan  non floristik?
c.       Apa yang dimaksud dengan teknik pencuplikan kuadrat, garis, titik, kuarter, dan teknik ordinasi?
d.       Apa saja macam-macam peta vegetasi
e.       Bagaimana cara membuat kurva luas minimum?
f.       Bagaimana menghitung kerapatan, frekuensi, dominasi, nilai penting, dan teknik ordinasi pada analisis vegetasi?
c. Tujuan
a.       Mengetahui pengertian analisis vegetasi.
b.      Mengethui pengertian metode destruktif, non destruktif, florostik dan non floristic
c.       Mengetahui teknik pencuplikan kuadrat, , titik, kuarter, dan teknik ordinasi.
d.      Mengetahui macam-macam peta vegetasi
e.       Mengetahui cara membuat kurva luas minimum
f.       Mengetahui cara menghitung kerapatan,, frekuensi, dominasi, nilai penting,dan teknik ordinasi pada analisis vegetasi.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Analisis Vegetasi
Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu
(1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda
(2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal
(3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kuadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma, 1997).
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien uketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan.
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
a. Metode kuadrat dan metode kuarter
b. Kerapatan
c. Frekuensi
d. Indeks Dominansi
e. Nilai penting
f. Teknik ordinasi

 Metode Destruktif

            Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang dipakai bisa diproduktivitas primer, maupun biomasa. Dengan demikian dalam pendekatan selalu harus dilakukan penuaian atau berarti melakukan perusakan terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk – bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput dengan usaha pencaharian lahan pengembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbvaik untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.

Metode Non Destruktif

Metode Non Destruktif dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan penelaahan organism hidup / tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya, sehingga dikenal denngan pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisma tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.



Metode Floristika
            Metode telah banyak dikembangkan oleh berbagai pakar ilmu vegetasi, seperti Du Rietz (1931), Raunkier (1934) dan Dansereau(1951). Yang kemudian diekspresikan juga dengan cara lain oleh Eiten(1968) dan UNESCO(1973). Untuk memahami metode non floristika ini sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemiokiran dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama sekali di abaikan, mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
Metode Non Floristika
            Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah mutlak diperlukan. Dalam pelaksaannya sangat ditunjang dengan variable-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun komposisi vegetasi, diantaranya adalah:
  1. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis
  2. Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu populasi di suatu kawasan, dan bias juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh populasi tertentu atau dominasinya.
  3. Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu kawasan.
Variabel-variabel tadi merupakan sebagian, tapi terpenting, dari sejumlah variable yang diperlukan untuk menjabarkan suatu bersifat kuantitatif, seperti statifikasi, periodisitas, dan vitalitas. Berbagai metodelogi telah dikembangkan oleh para pakar untuk sampai pada hasil seakurat mungkin, yang tentu disesuaikan dengan tujuannya, dalam kesempatan ini tidak semua akan dibahas tetapi akan dipilih beberapa metodelogi yang umum dansangat efektif serta efisien untuk melakukannya, yaitu metode kuadran, metode garis, metode tanpa plot ( metode titik dan metode kuarter).

B.     Teknik Pencuplikan
Ø  Teknik Pencuplikan Kuadrat
            Metode Kuadrat, bentuk sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran dengan luas tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk vegetasi. Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan dapat di tentukan luas kuadrat yang di perlukan untuk setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot yang di sebarkan di lakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang di buat (Rahardjanto, 2001).
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990). Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Metode garis juga merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Webb, 1954).
Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat
Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat
Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat)
Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).
d. Chart quadrat
Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya.
Cara kuadran ini memiliki keunggulan yaitu terlanjur lebih mudah dan sedehana. Cara pengambilan datanya yaitu sebagai berikut :
1. Cara kuadran point
· Buat garis kompas
· Tentukan titik pengamatan (plat)
· Buat garis silang yang tegak lurus sehingga terbagi empat kuadran (daerah)
· Pilih satu pohon yang terldekat dari titik pengamatan untuk masing-masing kuadran sesuai dengan criteria (pohon,poles/tiang,sapling)
· Ukur diameternya
· Ukur jaraknnya terhadap titik pengamatan
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuarter (Rugayah et al., 2005). Sebanyak 100 petak ukur dibuat secara berurutan dalam satu baris dengan jarak antar petak ukur sepanjang 10 m. Petak-petak ukur dibuat memotong garis kontur agar perubahan komposisi jenis tumbuhan dapat teramati (Shukla dan Chandel, 1996).

Berikut langkah - langkah kerja jika akan melakukan penelitian/analisis vegetasi metode kudrat:
1. Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi tertentu.
2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar.
  1. Metode garis
            Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Whittaker, RH. 1974.).
            Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Greig-Smith, P. 1983).
            Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan d apat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Purwaningsih, dan R. Yusuf. 2005).

Sama halnya dengan metode kuadrat dalam menganalisis vegetasi mengunakan metode garis juga membutuhkan rumus-rumus perhitungan, antara lain :
Ø  K absolute  
(Σ l/m =        .                Unit  area          .
                 Total panjang garis intersep

  D absolute  
Total panjang garis intersep suatu jenis      x  100 %
Total panjang garis intersep

  F absolute  
Σ interval ditemukannya suatu jenis  
Σ semua interval transek



  K relative   
Kerapatan suatu jenis     x  100 %
Kerapatan seluruh jenis

  D relative   
Total panjang garis intersep suatu jenis      x  100 %
Total panjang garis intersep semua jenis

  F relative   
Frekwensi yang dipertimbangkan untuk suatu jenis       x  100 %
Total frekwensi yang dipertimbangkan untuk semua jenis

  1.   Metode titik
            Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi. Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Metode ini juga merupakan  suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Dalam metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini tedapat variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Anonim. 2010).

System analisis                  
Titik-titik yang telah dibuat dan disebarkan secara acak atau sistematis merupakan pusat-pusat dari suaatu daerah pengamatan secara abstrak menjadi empat sector pengamatan sesuai dengan arah mata  angin. Empat sektor tersebut antar lain :
o   Daerah I             : dibatasi oleh arah Barat-Utara
o   Daerah II            : dibatasi oleh arah Utara-Timur
o   Daerah III           : dibatasi oleh arah Timur-Selatan
o   Daerah IV           : dibatasi oleh arah Selatan-Barat                                                      
                     Dalam menganalisis mengunakan metode ini juga mengunakan rumus-rumus untuk menganalisisnya, antara lain :
Ø  K absolute (X)  =  jumlah individu
                                   Luas petak ukur
Ø  Kr (X)               =  Kerapatan suatu jenis   X 100%
                                   Kerapatan seluruh jenis
Ø  D absolute (X)  = Luas bidang dasar suatu jenis  
          Luas petak ukur     
         
Ø  Dr (X)               = Dominansi suatu jenis  x 100%
          Dominansi seluruh jenis
Ø  F absolute (X)   = Jumlah petak penemuan suatu jenis
                                  Jumlah seluruh petak
Ø  Fr (X )               =  Frekuensi suatu jenis x 100%
                                   Frekuensi seluruh jenis              
2.3.2 Alat yang Digunakan
  1. Metode garis
    • Tali rafiah dan meteran
    • Hand tally counter
    • Patok kayu atau besi
b.     Metode titik
    • Tali rafiah dan meteran
    • Hand tally counter
    • Patok kayu atau besi
    •  
2.3.3 Cara Kerja
1.      Metode garis
a)     Menyebarkan 10 garis, masing-masing sepanjang 1m, bisa secara acak atau sistematis.
b)   Pada setiap garis, analisis vegetasinya berdasarkan variabel-variabel kerapatan,      kerimbunan, dan frekuensi. Mencatat data dalam tabel.
c)    Kemudian menghitung harga-harga relatifnya dari setiap variabel tadi.
d)    Setelah itu melakukan penghitungan harga nilai penting untuk setiap jenis/ spesies yang didapat.
e)     Akhirnya menyusun jenis-jenis tumbuhan itu berdasarkan harga nilai penting terkecil.
f)     Dan memberi nama bentuk vegetasi berdasarkan 2 jenis tumbuhan dengan nilai penting terbesar.

Tabel kerapatan dan kerimbunan tiap plot
Metoda : Kuadrat/Garis
No
Jenis Tumbuhan
    1
    2
    3
   4
   5
   6
   7
Kp kb
Kp kb
Kp kb
Kp kb
Kp kb
Kp kb
Kp kb
1.      Metode titik
a)      Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali rafia
b)      Menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia tersebut secara acak atau sistematis
c)      Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut
d)     Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik
e)     Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan
f)      Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan
g)     Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan  bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas
h)   Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar.


Metode kuarter
Selain menggunakan plot seperti pada metode kuadrat, analisis vegetasi juga dapat dilakukan tanpa plot, yaitu menggunakan metode jarak. Salah satu teknik dalam metode jarak adalah metode kuarter. Pada metode ini parameter yang diukur adalah jarak terdekat individu (tegakan) terhadap suatu titik pencuplikan dalam empat kuadran (kuarter). Parameter lain yangdapat diukur adalah diameter batang dan tinggi pohon. Dalam metode kuarter, titik-titik pusat dibuat dan disebar secara acak (sistematis) merupakan pusat-pusat dari suatu pengamatan kuadran yang secara abstrak dibagi dalam empat sector pengamatan yang seragam, misalnya searah mata angin. Ketelitian metode ini tergantung kepada teracaknya penyebaran individu-individu terutama jika hanya sedikit individu yang terhitung. Metode ini sebaiknya tidak dipakai pada populasi yang individu-individunya memiliki kesamaan dalam penyebaran (jarak tanam) ataupun jenis (monokultur). Parameter yang diukur adalah diameter batang dan jarak pohon ke pusatkuadran.

Teknik Ordinasi
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam relevemerupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan.Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan.
Ordinasi mencoba untuk meringkas data sampling dalam suatu lebih sederhana, lebih sedikit cara pemakaian ruang dibanding metoda tabel. Bahkan suatu agak kecil perbedaan table Suatu ordinasi data yang sama bisa menjadi satu grafik kecil yang menunjukan 19 poin-poin penyebaran ruang. Masing-Masing titik mewakili suatu letak, dan jarak antara poin-poin mewakili derajat tingkat perbedaan atau persamaannya. Sekilas, seseorang dapat melihat lihat jika ada pola dalam hubungan.
Sasaran ordinasi bukanlah untuk menggambarkan bentuk di sekitar label dan letak mereka yang sama bagian dari suatu asosiasi melainkan, untuk menunjukkan suatu pola hubungan kontinue. Sungguh, sebagian besar informasi memuat data asli yang hilang dalam ordinasi diagram, tetapi kehilangan ini akibat banyak bentuk dari reduksi data, tidak hanya ordinasi.
C.    Peta vegetasi
Dalam mempelajari suatu komunitas tumbuhan sering diperlukan suatu gambaran mengenai penyebaran dari suatu vegetasi jenis tertentu di suatu daerah. Untuk tujuan ini perlu pengetahuan tentang pemetaan vegetasi, berikut ini beberapa metode pemetaan vegetasi secara sederhana.
2.3.1 Pemetaan Komunitas Tumbuhan Dari Satu Titik Konstan.
Pada metode ini kita harus menentukan suatu titik atau tempat yang berkedudukan sedemikian rupa sehingga area vegetasi dapat terlihat. Titik ini dipakai sebagai titik konstan dari mana arah dan jarak titik-titik lainnya akan ditentukan. Kemudian menentukan titik-titik pada batas luar vegetasi dengan kedudukan sedemikian rupa sehingga memberikan gambaran dari bentuk dan penyebaran vegetasi. Selanjutnya menentukan kedudukan titik-titik ini terhadap titik yang konstan tadi dengan kompas dan mengukur jarak dari titik-titik pada vegetasi ke titik konstan.
2.3.2 Pemetaan Daerah Dengan Mencari Jarak Dan Sudut
Pada metode ini kita harus menyusun titik-titik pada daerah yang hendak dibuat petanya. Susunan titik-titik ini memberikan gambaran bentuk dari daerah tersebut. Kemudian menghitung jarak antara satu titik terhadap titik lainnya yang berdekatan, selanjutnya menentukan pula dengan kompas kedudukan antar titik – titik yang berdekatan tadi. Melakukan pekerjaan ini secara berurutan dari satu titik ke titik yang lain sehingga kembali ke titik asal dimana pekerjaan dimulai
D.    Kurva Luas Minimum
a.      Pengertian Luas Minimum
            Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh yang dgunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat.
   Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh beragam jenis populasi. Dengan kata lain peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan-keadaan individu dalam  populasi.
            Setelah luas minimum diketahui dan telah ditentukan, dari situlah jumlah minimum  dapat ditentukan. Jumlah minimum merupakan jumlah terkecil spesies yang terdapat dalam vegetasi.  Banyak atau sedikitnya jumlah spesies dalam vegetasi ditentukan oleh beerapa factor, yaitu:
o   Iklim
Iklim merupakan factor terpenting yang menyebabkan keragaman tumbuhan dalam suatu daerah karena masing masing tumbuhan mempunyai iklim dan habitat tertentu.
o   Keragaman habitat
Dengan  beragamnya habitat otomatis akan menyebabkan keragaman spesies tumbuhan yang membuat persaingan dan kompetisi meningkat.
o   Ukuran
Daerah yang luas akan dapat menampung jumlah individu / spesies yang banyak pula. Beberapa penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan anatar luas dan keberagaman spesies secara kuantitatif.
b.      Alat yang Digunakan
  • Tali rafiah dan meteran
  • Hand tally counter
  • Patok kayu atau besi
  • Alat tulis dan label gantung
c.       Cara Kerja
A. Menentukan Luas Minimum
a)      Membuat suatu bujur sangkar dilapangan (suatu komunitas) rumput (25x25) cm2 , kemudian mencatat semua jenis tumbuhan yang berbeda dalam kuadrat tersebut.
b)      Apabila seluruh jenis tumbuhan sudah tercatat, memperluas kuadrat tadi menjadi dua kali semula, yaitu menjadi (25x50) cm2. Mencatat kembali penambahan jenis tumbuhan pada ukuran yang telah diperlusa tadi.
c)      Melakukan penambahan luas dengan cara yang sama, yaitu dua kali asalnya; (50x50), (50x100), (100x100)..... dan seterusnya sehingga tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru, atau minimal sebanyak 10 kali perbesaran plot. Lihat gambar 3.1 untuk metode ini.
d)     Melakukan hal seperti 1-3, tetapi bentuk kuadrat berupa lingkaran,memulai dengan ukuran kecil, misalnya m2 .


Pengamatan dicatat dalam tabel :
LUAS MINIMUM                       Bentuk : Segi empat/lingkaran
No. Plot
Luas (m2)
Nama spesies
Jumlah komulatif spesies
e)      Membandingkan hasil dari kedua cara penentuan tadi, bentuk persegi empat dengan bentuk lingkaran.

Untuk mendapatkan luas minimum, susunlah suatu grafik dari data yang diperoleh. Perlu memahami bahwa : Luas minimum berada

a)      pada saat garis mulai mendatar, atau kalau ada penambahan, jumlah jenis tidak melebihi 10%.
Contoh grafik luas plot terhadap jumlah jenis

  B. Menentukan Jumlah Minimum
a)    Menyebarkan secara acak tiga kuadrat berukuran 1x1m, mencatat jumlah dari ketiga kuadrat tadi.
b)   Kemudian menyebarkan lagi tiga kuadrat berikutnya dengan ukuran tetap, masing-masing 1 m2, dan mencatat kembali jumlah jenis tumbuhannya.
c)    Melakukan hal yang sama berkali-kali sampai misal 10x pengamatan masing-masing membuat 3 kuadrat.
JUMLAH MINIMUM
Jenis Tumbuhan
Seri tiga kuadrat ukuran 1x1 m

a)      Kemudian susunlah, seri dari tiga kuadrat tadi, berdasarkan jumlah jenis dari jumlah sedikit ke jumlah yang banyak tanpa memperhatikan mana yang lebih dulu diambil.
b)      Kemudian membuat grafik. Dari grafik ini dapat ditentukan berapa jumlah percontoh yang diperlukan untuk menganalisis vegetasi tersebut. Dengan ukuran 1x1m. Hal ini dinyatakan pada saat garis mendatar, atau pertambahan jumlah enis tidak lebih dari 10%. Misalnya pada grafik terlihat pendataran dimulai pada angka 5 dengan jumlah jenis 16. Ini berarti diperlukan minimal sejumlah 5x3 = 15 percontoh dengan ukuran 1x1m untuk menganalisis vegetasi ditempat tersebut.
E.     Kerapatan Didalam Analisis Vegetasi
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang (Kusuma, 1997). Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq and Reynolds, 1988).
Berdasarkan data kerapatan, dapat diketahui symbol atau singkatan pada kerapatan pada analisis vegetasi:
· Kerapatan Mutlak (KM)
· Kerapatan Nisbi (KN)
· Berat Kering Mutlak (BKM)
· Berat Kering Nisbi (BKN)  
· Frekuensi Mutlak (FM)
· Frekuensi Nisbi (FN)
· Nilai Penting (NP)
· Nisbah Jumlah Dominasi (NJD) =
Kerapatan dapat juga dapat diartikan banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung. Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat( Ishernat Soerianegara dan Andry indrawan, 1982). Jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan (Odum 1975) yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha.
Frekuensi terhadap Analisis Vegetasi
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekwensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasiny terhadap lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi fekwensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase.
Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat.
Jumlah unit contoh di mana sp. A ditemukan
FK A = ---------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah semua unit contoh
Apabila
FK = 0%-25% : Kehadiran sangat jarang (aksidental)
FK = 25%-50% : Kahadiran jarang (assesori)
FK = 50%-75% : Kehadiran sedang (konstan)
FK = 75%-100% : Kehadiran absolut
Dominasi dalam Analisis Vegetasi
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. Untuk menentukan nilai indeks dominasi digunakan rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973) sebagai berikut :
Dimana :
C : Indeks dominasi
ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n
N : Total nilai penting dari seluruh jenis
Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks Nilai Penting menggunakan rumus Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) sebagai berikut:
Kerapatan               = Jumlah individu ................................................... 1)
                      Luas petak ukur

Kerapatan relatif   = Kerapatan satu jenis x 100% .................................2)
        Kerapatan seluruh jenis

Dominansi              = Luas penutupan suatu jenis ................................... 3)
                      Luas petak

Dominansi relatif   = Dominansi suatu jenis x 100% ............................. 4)
         Dominansi seluruh jenis

Frekuensi                 = Jumlah petak penemuan suatu jenis .....…………. 5)
                        Jumlah seluruh petak

Frekuensi relatif       = Frekuensi suatu jenis x 100% ….………………....6)
             Frekuensi seluruh jenis

Nilai Penting dalam Analisis Vegetasi
Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300 (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974). Untuk tingkat pertumbuhan sapihan dan semai merupakan penjumlahan Kerapatan relatif dan Frekwensi relatif, sehingga maksimum nilai penting adalah 200.
INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan analisis vegetasi dengan nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis , INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan analisis vegetasi dengan nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis.
INP diperoleh dengan formula sebagai berikut:
INP = FR + KR + DR
FR (frekuensi relatif) = FM/Ftotalx100%
KR (kerapatan relatif) = KM/Ktotalx100%
DR (dominansi relatif) = DM/Dtotalx100%
Indeks Nilai Penting ini menunjukkan jenis pohon yang mendominasi di lokasi penelitian. FM merupakan jumlah petak ukur ditemukannya suatu jenis pohon dibagi jumlah total petak ukur yang dicacah. Ftotal adalah jumlah nilai frekuensi semua jenis pohon. KM adalah jumlah individu suatu jenis dibagi luas total petak ukur, sedangkan Ktotal adalah jumlah nilai kerapatan semua jenis pohon. DM merupakan luas basal area suatu jenis dibagi luas total petak ukur.
Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks Nilai Penting menggunakan rumus Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974)
Dan juga nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
· Nilai penting = Kerapatan relatif +Frekuensi relatif + Dominansi relatif ..7)
Keanekaragaman jenis dan kemantapan komunitas setiap areal dapat digambarkan dengan indeks Shannon (Ludwig & Reynold, 1988) :
s
H' = - Σ (pi) ln pi ….................................................... 8)
i=1
Keterangan :
H' = Indeks Keranekaragaman Jenis
pi = ni/N
ni = Nilai Penting Jenis ke i
N = Jumlah Nilai Penting Semua Jenis
Makin besar H' suatu komunitas maka semakin mantap pula komunitas tersebut. Nilai H' = 0 dapat terjadi bila hanya satu spesies dalam satu contoh (sampel) dan H' maksimal bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama dan ini menunjukkan kelimpahan terdistribusi secara sempurna.



Kesimpulan
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
g. Metode kuadrat dan metode kuarter
h. Kerapatan
i. Frekuensi
j. Indeks Dosminansi
k. Nilai penting
l. Teknik ordinasi



Daftar Pustaka
Anonymous. 2009. http://www.asterpix.com/tagcloudclick/?id.com (diakses tanggal 11 Desember 2011)
Anonymous. 2009. http://id.wordpress.com/tag/vegetasi/ ( diakses tanggal 11 desember 2011)
Anonymous 2009. http://zaifbio.wordpress.com/ ( diakses tanggal 09 desember 2011)
Anonymous 2010. http://elfisuir.blogspot.com/ (diakses tanggal 10 desember 2011 )
Anonymous 2009. http://mei-smart.blogspot.com/ ( diakses tanggal 10 desember 2011)
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara : Jakarta.
Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Umm Press: Malang.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA: Malang.
Richard & Steven, 1988. Forest Ecosystem : Academic Press. San Diego. California.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.